Hi! Hello! Welcome! :D

Senin, 14 November 2011

The Folklore of Pempek

Siapa yang sabtu malem nonton pembukaan Sea Games di Palembang? aaaaaaaaa itu keren banget >.< Ngefaaans. Keren. Makanya oleh karena itu, kali ini saya akan membahas tentang Pempek.


Pempek atau smpek-empek ini, seperti yang kalian tau adalah makanan khas Pelambang yeng terbuat dari ikan dan sagu. Hampir semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya. Pempek disajikan dengan saus hitam kecoklat-coklatanyang disebut cuka atau cuko (Bahasa Palembang). Cuko terbuat dari air mendidih yang ditambah gura merah, udang ebi dan cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dahulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Tetapi sekarang cuko yang rasanya manis juga tidak jarang ditemukan (taste orang kan berbeda-beda). Nah, cuko juga bisa melindungi gigi dari karies, lho (karies itu kerusakan email dan dentin).  Biasanya pempek juga disajikan dengan irisan dadu timun segar dan mie kuning. Pempek ini mudah sekali ditemui di Palembang. Dan pempek sekarang ada dua jenis, yaitu pempek biasa dan parampek, campuran antara pare dan pempek.

Jadi, gimana lagenda tentang pempek? Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Baharuddin II berkuasa di kesultanan Pelmbang-Darussalam (jadi inget. hari jumat ulangan agama ya? -__-) Nama pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.


Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi), merasa prihatin menyaksikan tengkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik. Hanya sebatas digoreng atau dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif baru. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka. Sehingga menghasilkan makanan baru. Makanan tersebut disajikan oleh para apek dengan bersepada keliling kota. Oleh karena itu penjuanya dipanggil dengan "pek ... apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek. 

Tapi yah, ada tapinya nih. Cerita rakyat ini patut ditelaah kembali. Karena singkong baru diperkenalkan bangsa portugis ke Indonesia pada abad ke-16. Selain itu velocipede (sepeda) juga baru di kenal di Prancis dan Jerman abad ke-18. Sultan Mahmud Badaruddin juga baru lahir pada tahun 1716. Juga singkong sebagai bahan baku sagu juga baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti bakso ikan, kekian, ataupun ngohyang.

(Aaaaaah pembukaan sea games keren bangedddddd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar